Surah al-Buruj 85 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

085

SŪRAT-UL-BURŪJ

Makkiyyah, 22 ayat

Turun sesudah Sūrat-usy-Syams.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

وَ السَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِ.

1. (وَ السَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِ.) “Demi langit yang mempunyai gugusan bintang” yakni bintang-bintang yang dua belas gugusan, sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam surah Al-Furqān.

وَ الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ.

2. (وَ الْيَوْمِ الْمَوْعُوْدِ.) “Dan demi hari yang dijanjikan” yaitu hari kiamat.

وَ شَاهِدٍ وَ مَشْهُوْدٍ.

3. (وَ شَاهِدٍ.) “Dan demi yang menyaksikan” hari Jum‘at (وَ مَشْهُوْدٍ) “dan yang disaksikan” yakni hari ‘Arafah. Demikianlah menurut penafsiran hadis tentang tiga perkara tersebut; yang pertama adalah hari yang telah dijanjikan, dan yang kedua hari Jumat menyaksikan amal perbuatan yang dikerjakan pada hari itu, serta yang ketiga hari ‘Arafah disaksikan oleh manusia dan para malaikat. Sedangkan yang menjadi Jawāb Qasam kalimat permulaannya tidak disebutkan, yaitu, “Sesungguhnya.”

قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُوْدِ.

4. (قُتِلَ) “Telah dibinasakan” telah dilaknat (أَصْحَابُ الْأُخْدُوْدِ) “orang-orang yang memiliki Ukhdūd” artinya orang-orang yang menggali parit.

النَّارِ ذَاتِ الْوَقُوْدِ.

5. (النَّارِ) “Yaitu api” lafal An-Nāri berkedudukan sebagai Badal Isytimāl dari lafal Al-Ukhdūd (ذَاتِ الْوَقُوْدِ) “yang dinyalakan” dengan kayu bakar.

إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُوْدٌ.

6. (إِذْ هُمْ عَلَيْهَا) “Ketika mereka berada di sekitarnya” yaitu berada di sekitar tepi parit-parit itu seraya di atas kursi-kursi (قُعُوْدٌ) “mereka duduk.”

وَ هُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُوْنَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ شُهُوْدٌ.

7. (وَ هُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُوْنَ بِالْمُؤْمِنِيْنَ) “Sedangkan mereka terhadap apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman” kepada Allah, menyiksa mereka dengan cara melemparkan mereka ke dalam parit yang penuh dengan api itu, jika mereka tidak mau kembali murtad dari imannya (شُهُوْدٌ) “menyaksikan” artinya hadir menyaksikan penyiksaan itu. Menurut suatu riwayat, bahwasanya Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman yang dilemparkan ke dalam parit berapi itu, yaitu dengan mencabut nyawa mereka terlebih dahulu sebelum mereka jatuh ke dalam api. Kemudian api itu keluar dari dalam parit dan membakar orang-orang yang berada di sekitarnya, sehingga mereka yang menyaksikan penyiksaan itu mati terbakar.

وَ مَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوْا بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَمِيْدِ.

8. (وَ مَا نَقَمُوْا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوْا بِاللهِ الْعَزِيْزِ) “Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mu’min itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa” di dalam kerajaan-Nya. (الْحَمِيْدِ) “lagi Maha Terpuji” lafal al-Ḥamīd bermakna al-Maḥmūd, artinya Maha Terpuji.

الَّذِيْ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اللهُ عَلى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ.

9. (الَّذِيْ لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ اللهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيْدٌ) “Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu” yakni Dia menyaksikan, bahwa tiadalah orang-orang kafir itu ingkar kepada orang-orang yang beriman melainkan karena orang-orang yang beriman itu beriman kepada Allah.

إِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوْبُوْا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَ لَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِ.

10. (إِنَّ الَّذِيْنَ فَتَنُوا الْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ) “Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan” yaitu dengan cara membakar mereka hidup-hidup (ثُمَّ لَمْ يَتُوْبُوْا فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ) “kemudian mereka tidak bertobat, maka bagi mereka adzab Jahanam” disebabkan kekafiran mereka (وَ لَهُمْ عَذَابُ الْحَرِيْقِ) “dan bagi mereka adzab pembakaran” sebagai pembalasan dari pembakaran mereka terhadap orang-orang yang beriman, pembalasan itu kelak akan ditimpakan kepada mereka di akhirat. Tetapi menurut suatu pendapat bahwa adzab tersebut terjadi di dunia, umpamanya api tersebut keluar dari paritnya dan langsung mengejar dan membakar mereka, sebagaimana keterangan yang disebutkan di atas.

إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُ.

11. (إِنَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ذلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيْرُ) “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai itulah keberuntungan yang besar.”

إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيْدٌ.

12. (إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ) “Sesungguhnya adzab Rabbmu” terhadap orang-orang kafir (لَشَدِيْدٌ) “benar-benar keras” sesuai dengan kehendak-Nya.

إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ وَ يُعِيْدُ.

13. (إِنَّهُ هُوَ يُبْدِئُ) “Sesungguhnya Dialah yang memulai” penciptaan makhluk (وَ يُعِيْدُ) “dan yang mengembalikan” makhluk menjadi hidup kembali, maka tiada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi apa yang dikehendaki-Nya.

وَ هُوَ الْغَفُوْرُ الْوَدُوْدُ.

14. (وَ هُوَ الْغَفُوْرُ) “Dan Dialah Yang Maha Pengampun” kepada orang-orang mukmin yang berbuat dosa (الْوَدُوْدُ) “lagi Maha Pengasih” yakni Maha Belas Kasih kepada kekasih-kekasihNya dengan memberikan karamah kepada mereka.

ذُو الْعَرْشِ الْمَجِيْدُ.

15. (ذُو الْعَرْشِ) “Yang mempunyai Arasy” yakni Yang menciptakan dan Yang memilikinya (الْمَجِيْدُ) “lagi Maha Agung” dibaca Rafa‘ yakni Al-Majīdu, artinya Yang berhak menyandang kesempurnaan sifat-sifat Yang Maha Tinggi.

فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ.

16. (فَعَّالٌ لِّمَا يُرِيْدُ) “Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya” artinya tiada sesuatu pun yang dapat menghalang-halangi kehendak-Nya.

هَلْ أَتَاكَ حَدِيْثُ الْجُنُوْدِ.

17. (هَلْ أَتَاكَ) “Sudahkah datang kepadamu” hai Muḥammad (حَدِيْثُ الْجُنُوْدِ) “berita tentang kaum-kaum penentang.

فِرْعَوْنَ وَ ثَمُوْدَ.

18. (فِرْعَوْنَ وَ ثَمُوْدَ) “Yaitu kaum Fir‘aun dan kaum Tsamūd” kedua lafal ini menjadi Badal dari lafal Al-Junūd; dan di sini cukup hanya dengan menyebut nama Fir‘aun saja tanpa menyebut bala tentaranya; adapun Tsamūd adalah nama suatu kaum. Kisahnya ialah bahwasanya mereka dibinasakan karena kekafiran mereka. Hal ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang ingkar kepada Nabi saw. dan al-Qur’an, dimaksud supaya mereka mengambil pelajaran dari kisah tersebut.

بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِيْ تَكْذِيْبٍ.

19. (بَلِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فِيْ تَكْذِيْبٍ) “Akan tetapi orang-orang kafir selalu mendustakan” hal-hal yang telah disebutkan tadi.

وَ اللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُّحِيْطٌ.

20. (وَ اللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُّحِيْطٌ) “Padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka” tiada seseorang pun yang dapat menyelamatkan dan menjaga mereka dari adzab-Nya.

بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيْدٌ.

21. (بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَّجِيْدٌ) “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Quran yang mulia” atau yang agung.

فِيْ لَوْحٍ مَّحْفُوْظٍ.

22. (فِيْ لَوْحٍ) “Yang dalam Lauḥ” berada di atas langit yang ketujuh (مَّحْفُوْظٍ) “terpelihara” dari ulah setan-setan dan dari sesuatu perubahan. Panjang Lauḥ maḥfūzh itu sama dengan panjangnya langit dan bumi, sedangkan lebarnya ialah sama dengan jarak antara timur dan barat; terbuat dari intan yang putih bersih. Demikianlah menurut pendapat yang telah dikemukakan oleh Ibnu ‘Abbās r.a.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *