Surah al-‘Ashr 103 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-103

AL-‘ASHR

Surat al-‘Ashr bermakna masa. Diturunkan di Makkah sesudah surat asy-Syarh, terdiri dari 3 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini ada yang mengatakan turun di Madinah dan mengandung sumpah Allah dengan masa (waktu) dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menegaskan bahwa manusia dalam kerugian dan kesesatan, kecuali orang yang dipelihara oleh Allah. Yaitu, orang mu’min yang beramal saleh dan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Persesuaian antara surat yang telah lalu (at-Takatsur) dengan surat ini adalah:

  1. Dalam surat yang telah lalu dijelaskan tentang keadaan manusia yang berlomba-lomba mencari harta dan kemegahan, serta semua hal yang melalaikan mereka untuk mengingat Allah. Dalam surat ini dijelaskan bahwa tabiat manusia mendorong mereka menuju kepada kebinasaan, kecuali orang yang mendapatkan pemeliharaan dari Allah.

  2. Dalam surat yang telah lalu, Allah menjelaskan tentang sifat orang yang mengikuti hawa nafsu. Dalam surat ini Allah menerangkan sifat orang yang bertabiat baik, yaitu: beriman kepada Allah, beramal saleh, dan senantiasa menganjurkan teman-temannya agar tetap berpegang kepada kebenaran dan selalu bersabar menghadapi kesulitan dan kesukaran.

 

C. TAFSIR SURAT AL-‘ASHR

Masa adalah makhluk Allah, di mana terjadinya peristiwa baik dan buruk. Manusia dalam keadaan merugi, kecuali mereka yang mempunyai empat sifat.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

 

وَ الْعَصْرِ.

Wal ‘ashr.

“Demi masa.” (11)

(al-‘Ashr [103]: 1).

Allah bersumpah dengan masa. Sebab, dalam perjalanan masa bisa terjadi banyak peristiwa dan kejadian, yang dapat diambil sebagai ibarat (contoh) dan pelajaran, yang menunjuk kepada kekuasaan Allah dan hikmah serta ilmu-Nya.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ.

Innal insāna lafī khusr

“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.”

(al-‘Ashr [103]: 2).

Makhluk manusia itu selalu merugi dalam amal perbuatannya. Sumber kerugian manusia berasal dari ulahnya sendiri, bukan karena masa (waktu) dan tempat. Perbuatan maksiat dan dosa yang dikerjakannya itulah, yang menimbulkan kerugian.

إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَ عَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَ تَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَ تَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Illalladzīna āmanu wa ‘amilash shāliḥāti wa tawāshau bil ḥaqqi wa tawāshau bish shabr.

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, serta saling menasihati dengan kebenaran dan saling manasihati supaya berlaku sabar.”

(al-‘Ashr [103]: 3).

Semua manusia berada dalam dosa, kecuali orang-orang dilindungi oleh Allah dan menaufikkannya kepada kebajikan, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah, beriman dengan malaikat, kitab-kitabNya, dan Rasūl-Nya dengan iman yang benar. Kemudian mengerjakan amalan-amalan yang saleh, yang sesuai dengan perintah Allah, Rasūl-Nya, dan para mu’min.

Mereka saling mengingatkan untuk mengerjakan kebenaran, yaitu beriman kepada Allah, mengikuti kitab-Nya, dan mengikuti Rasūl-Nya, baik dalam segi ‘aqīdah dan ‘ibādah maupun dalam segi mu‘āmalah (sosial, politik, ekonomi, pemerintahan, dan sebagainya.).

Saling mengingatkan untuk menahan diri dari perbuatan maksiat, dan tahan menderita dalam menghadapi berbagai bencana (musibah) sebagai ujian, serta menerimanya dengan penuh keikhlasan.

Jelasnya, seluruh manusia dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan amalan saleh, memberi nasihat dalam kebenaran dan menasihati untuk bersabar. Manusia tidak terlepas dari kerugian, apabila dia belum memiliki empat sifat tersebut.

 

D. KESIMPULAN SURAT

Semua manusia dalam kerugian dan kesesatan, yang disebabkan oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang mereka kerjakan semasa di dunia. Orang yang bisa terlepas dari kerugian adalah mereka yang memiliki empat sifat, yaitu: beriman, beramal saleh, saling menasihati dalam kebajikan, dan saling menasihati untuk bersabar.

Catatan:


  1. 1). Kaitkan dengan QS. al-Insān [76]. 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *