Surah al-‘Adiyat 100 ~ Tafsir al-Qur’an-ul-Majid an-Nur

Judul Buku:
TAFSĪR AL-QUR’ĀNUL MAJĪD AN-NŪR

JILID 4

Penulis: Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy
Diterbitkan oleh: Cakrawala Publishing

Surat Ke-100

AL-‘ĀDIYĀT

Surat al-‘Ādiyāt bermakna kuda berlari kencang. Diturunkan di Makkah sesudah surat al-‘Ashr, terdiri dari 11 ayat.

 

A. KANDUNGAN ISI

Surat ini mengandung sumpah Allah bahwa manusia benar-benar merupakan makhluk yang mengingkari nikmat-Nya, tidak tahu berterima kasih, makhluk yang amat tamak kepada harta, dan berperilaku kikir. Pada akhirnya Allah mengancam manusia dengan pembalasan yang berat.

 

B. KAITAN DENGAN SURAT SEBELUMNYA

Dalam surat yang telah lalu, Tuhan menjelaskan pembalasan yang akan diberikan terhadap kebajikan dan kejahatan. Dalam surat ini, Tuhan menghardik orang-orang yang mengutamakan kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi dan tidak mengerjakan kebajikan.

 

C. TAFSIR SURAT AL-‘ĀDIYĀT

Allah bersumpah dengan kuda.

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhirraḥmānirraḥīm

Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah, yang senantiasa mencurahkan rahmat-Nya

وَ الْعَادِيَاتِ ضَبْحًا.

Wal ‘ādiyāti dhabḥā.

“Demi kuda yang berlari kencang, gemuruh bunyinya.” (1)

(al-‘Ādiyāt [100]: 1).

Allah bersumpah dengan kuda-kuda yang sedang berlari kencang yang mengeluarkan suara bergemuruh dan suara napas yang terengah-engah.

فَالْمُوْرِيَاتِ قَدْحًا.

Fal mūriyāti qadḥā.

“Dan kuda yang mengeluarkan api.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 2).

Allah bersumpah dengan kuda yang mengeluarkan api dari dalamnya karena kecepatan larinya.

فَالْمُغِيْرَاتِ صُبْحًا.

Fal mughīrāti shubḥā.

“Yang menyerbu dengan tiba-tiba pada pagi hari.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 3).

Allah bersumpah dengan kuda-kuda yang berlari kencang untuk menyerang musuh pada waktu pagi hari.

فَأَثَرْنَ بِهِ نَقْعًا.

Fa atsarna bihi naq‘ā.

“Maka kuda itu menerbangkan debu.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 4).

Akibat kecepatan berlarinya itu, maka berterbanganlah debu-debu dengan kepulan yang tinggi.

فَوَسَطْنَ بِهِ جَمْعًا.

Fa wasathna bihi jam‘ā.

“Menerobos ke tengah-tengah kumpulan musuh.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 5).

Maka, kuda-kuda itu menyerbu ke tengah-tengah musuh yang menyebabkan musuh menjadi kocar-kacir, Allah bersumpah dengan kuda yang berlari kencang mengisyaratkan ketinggian kedudukan orang yang berjuang di jalan Allah dengan menungang kuda. Apalagi, kuda itu juga merupakan binatang yang mempunyai keistimewaan.

إِنَّ الْإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُوْدٌ.

Innal insāna li rabbihī la kanūd.

“Sesungguhnya manusia tidak berterima kasih kepada Tuhannya.” (2)

(al-‘Ādiyāt [100]: 6).

Manusia adalah makhluk yang bertabiat mengingkari kebenaran dan tidak mau mensyukuri nikmat. Memang demikianlah keadaan manusia, kecuali orang-orang yang dipelihara oleh Allah, orang-orang yang dididik untuk berbuat keutamaan.

Manusia memang membatasi keinginannya pada apa yang ada di mukanya saja, lupa pada masa yang telah lampau, dan tidak mempedulikan apa yang akan dihadapinya. Oleh karenanya apabila dia mendapat nikmat, dia menjadi lupa.

وَ إِنَّهُ عَلَى ذلِكَ لَشَهِيْدٌ.

Wa innahū ‘alā dzālika la syahīd.

“Sesungguhnya dia benar-benar menjadi saksi atas yang demikian itu.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 7).

Selain mengingkari kebenaran dan tidak mensyukuri nikmat, juga selalu dalam kesesatan. Semua perbuatannya menjadi saksi bahwa dia mengingkari nikmat Allah.

وَ إِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيْدٌ.

Wa innahū li hubbil khairi la syadīd.

“Sesungguhnya dia benar-benar sangat mencintai kekayaan.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 8).

Lantaran sangat cintanya kepada harta dan sangat tamak untuk mengumpulkan harta yang sebanyak-banyaknya, maka manusia menjadi sangat kikir.

أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُوْرِ. وَ حُصِّلَ مَا فِي الصُّدُوْرِ. إِنَّ رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّخَبِيْرٌ

A falā ya‘lamu idzā bu‘tsira mā fil qubūr. Wa hushshila mā fish shudūr. Inna rabbahum bihim yauma’idzil la khabīr.

“Maka, apakah dia tidak mengetahui ketika apa yang ada di dalam kubur dibongkar? Apa yang ada di dalam hati dibuka? Sesungguhnya, pada hari itu Tuhan benar-benar mengetahui keadaan mereka.”

(al-‘Ādiyāt [100]: 9-11).

 

Catatan:

 

 

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *