Surah an-Naba’ 78 ~ Tafsir al-Jalalain

Dari Buku:
Tafsir Jalalain.
(Jilid 4. Dari Sūrat-uz-Zumar sampai Sūrat-un-Nās)
Oleh: Imam Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar L.C.
Penerbit: Sinar Baru Algensindo Bandung

080

SŪRAT-UN-NABA’

Makkiyyah, 40 ayat

Turun sesudah Sūrat-ul-Ma‘ārij

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

عَمَّ يَتَسَاءَلُوْنَ.

1. (عَمَّ) “Tentang apakah” mengenai apakah (يَتَسَاءَلُوْنَ) “mereka saling bertanya-tanya?” yakni orang-orang Quraisy sebagian di antara mereka bertanya-tanya kepada sebagian yang lainnya.

عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيْمِ.

2. (عَنِ النَّبَإِ الْعَظِيْمِ) “Tentang berita yang besar” ayat ini merupakan penjelasan bagi sesuatu yang dipertanyakan mereka itu. Sedangkan Istifhām atau kata tanya pada ayat yang pertama tadi mengandung makna yang mengagungkannya. Hal yang dimaksud adalah al-Qur’ān yang disampaikan oleh Nabi s.a.w. yang di dalamnya terkandung berita mengenai adanya hari berbangkit dan hal-hal lainnya.

الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ.

3. (الَّذِيْ هُمْ فِيْهِ مُخْتَلِفُوْنَ) “Yang mereka perselisihkan tentang ini” orang-orang yang beriman mempercayainya,

sedangkan orang-orang kafir mengingkarinya.

كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ.

4. (كَلَّا) “Sekali-kali tidak” kata ini merupakan sanggahan yang ditujukan kepada orang-orang kafir tadi (سَيَعْلَمُوْنَ) “kelak mereka mengetahui” apa yang bakal menimpa mereka sebagai akibat daripada keingkaran mereka kepada al-Qur’ān.

ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ.

5. (ثُمَّ كَلَّا سَيَعْلَمُوْنَ) “Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui” ayat ini merupakan pengukuh dari ayat sebelumnya; dan pada ayat ini dipakai kata Tsumma untuk memberikan pengertian, bahwa ancaman yang kedua lebih keras dan lebih berat daripada ancaman yang dikandung pada ayat sebelumnya. Selanjutnya Allah s.w.t. memberikan isyarat yang menunjukkan tentang kekuasaan-Nya untuk membangkitkan makhluk semuanya; untuk itu Dia berfirman:

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا.

6. (أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا) “Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan” yakni terhampar bagaikan permadani.

وَ الْجِبَالَ أَوْتَادًا.

7. (وَ الْجِبَالَ أَوْتَادًا) “Dan gunung-gunung sebagai pasak” yang menstabilkan bumi, sebagaimana halnya kemah yang berdiri dengan mantapnya berkat patok-patok yang menyangganya. Istifhām atau kata tanya di sini mengandung makna Taqrīr atau menetapkan.

وَ خَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا.

8. (وَ خَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا) “Dan Kami jadikan kalian berpasang-pasangan” yaitu terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan.

وَ جَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا.

9. (وَ جَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا) “Dan Kami jadikan tidur kalian untuk istirahat” untuk istirahat bagi tubuh kalian.

وَ جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا.

10. (وَ جَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا) “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian” sebagai penutup karena kegelapannya.

وَ جَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا.

11. (وَ جَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا) “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan” yaitu waktu untuk mencari penghidupan.

وَ بَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا.

12. (وَ بَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا) “Dan Kami bina di atas kalian tujuh lapis” maksudnya langit yang berlapis tujuh (شِدَادًا) “yang kokoh” lafal Syidādan adalah bentuk jama‘ dari lafal Syadīdatun, artinya sangat kuat lagi sangat rapi yang tidak terpengaruh oleh berlalunya zaman.

وَ جَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا.

13. (وَ جَعَلْنَا سِرَاجًا) “Dan Kami jadikan pelita” yang menerangi (وَهَّاجًا) “yang amat terang” yang dimaksud adalah matahari.

وَ أَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا.

14. (وَ أَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ) “Dan Kami turunkan dari awan yang tebal” yaitu awan yang banyak mengandung air dan sudah saatnya menurunkan air yang dikandungnya, sebagaimana halnya seorang gadis yang sudah masanya untuk berhaid (مَاءً ثَجَّاجًا) “air yang tercurah” artinya bagaikan air yang dicurahkan.

لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَ نَبَاتًا.

15. (لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا) “Supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian” seperti biji gandum (وَ نَبَاتًا) “dan tumbuh-tumbuhan” seperti buah Tīn.

وَ جَنَّاتٍ أَلْفَافًا.

16. (وَ جَنَّاتٍ) “Dan kebun-kebun” atau taman-taman (أَلْفَافًا) “yang lebat” tumbuh-tumbuhannya; lafal Alfāfan bentuk jama‘ dari lafal Lafīfun, wazan-nya sama dengan lafal Syarīfun yang bentuk jama’-nya adalah Asyrāfun.

إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ كَانَ مِيْقَاتًا.

17. (إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ) “Sesungguhnya hari keputusan” di antara semua makhluk (كَانَ مِيْقَاتًا) “adalah suatu waktu yang ditetapkan” waktu yang ditentukan untuk memberi pahala dan menimpakan siksaan.

يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ فَتَأْتُوْنَ أَفْوَاجًا.

18. (يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ) “Yaitu hari ditiup sangkakala” menjadi Badal dari lafal Yaum-al-Fashl; atau merupakan Bayan daripadanya; yang meniupnya adalah malaikat Israfil (فَتَأْتُوْنَ) “lalu kalian datang” dari kuburan kalian menuju ke Mauqif atau tempat penantian (أَفْوَاجًا) “berkelompok-kelompok” secara bergelombang yang masing-masing gelombang berbeda dari gelombang yang lainnya.

وَ فُتِحَتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ أَبْوَابًا.

19. (وَ فُتِحَتِ السَّمَاءُ) “Dan dibukalah langit” dapat dibaca Futtiḥat dan Futiḥat, artinya langit terbelah karena para malaikat turun (فَكَانَتْ أَبْوَابًا) “maka terdapatlah beberapa pintu” yakni langit itu membentuk beberapa pintu.

وَ سُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا.

20. (وَ سُيِّرَتِ الْجِبَالُ) “Dan dijalankanlah gunung-gunung” maksudnya, lenyap dari tempat-tempatnya (فَكَانَتْ سَرَابًا) “maka menjadi fatamorganalah ia” menjadi debu yang beterbangan, atau dengan kata lain gunung-gunung itu menjadi sangat ringan jalannya bagaikan debu yang diterbangkan.

إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا.

21. (إِنَّ جَهَنَّمَ كَانَتْ مِرْصَادًا) “Sesungguhnya neraka Jahannam itu padanya ada tempat pengintaian” artinya, selalu mengintai atau ada tempat pengintaian.

لِلْطَّاغِيْنَ مَآبًا.

22. (لِلْطَّاغِيْنَ) “Bagi orang-orang yang melampaui batas” karena itu mereka tidak akan dapat menyelamatkan diri daripadanya (مَآبًا) “sebagai tempat kembali” bagi mereka, karena mereka akan dimasukkan ke dalamnya.

لَابِثِيْنَ فِيْهَا أَحْقَابًا.

23. (لَابِثِيْنَ) “Mereka tinggal” lafal Laabitsiina adalah Ḥāl bagi lafal yang tidak disebutkan, yakni telah dipastikan penempatan mereka (فِيْهَا أَحْقَابًا) “di dalamnya berabad-abad” yakni untuk selama-lamanya tanpa ada batasnya; lafal Aḥqāban bentuk jama‘ dari lafal Ḥuqban.

لَّا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا بَرْدًا وَ لَا شَرَابًا.

24. (لَّا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا بَرْدًا) “Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya” mereka tidak pernah merasakan tidur di dalamnya (وَ لَا شَرَابًا) “dan tidak pula mendapat minuman” minuman yang lezat.

إِلَّا حَمِيْمًا وَ غَسَّاقًا.

25. (إِلَّا) “Kecuali” atau selain (حَمِيْمًا) “air yang mendidih” yaitu air yang panasnya tak terperikan (وَ غَسَّاقًا) “dan nanah” dapat dibaca Ghasāqan dan Ghassāqan artinya nanah yang keluar dari tubuh penghuni-penghuni neraka; mereka diperbolehkan untuk meminumnya.

جَزَاءً وِفَاقًا.

26. (جَزَاءً وِفَاقًا) “Sebagai pembalasan yang setimpal” atau sesuai dengan amal perbuatan mereka, karena tiada suatu dosa pun yang lebih besar daripada kekafiran, dan tiada adzab yang lebih besar daripada adzab neraka.

إِنَّهُمْ كَانُوْا لَا يَرْجُوْنَ حِسَابًا.

27. (إِنَّهُمْ كَانُوْا لَا يَرْجُوْنَ) “Sesungguhnya mereka tidak mengharapkan” artinya, mereka tidak takut (حِسَابًا) “kepada hisab” karena mereka ingkar kepada adanya hari berbangkit.

وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا كِذَّابًا.

28. (وَ كَذَّبُوْا بِآيَاتِنَا) “Dan mereka mendustakan ayat-ayat Kami” mendustakan al-Qur’ān (كِذَّابًا) “dengan sesungguh-sungguhnya” maksudnya, dengan kedustaan yang sesungguhnya.

وَ كُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ كِتَابًا.

29. (وَ كُلَّ شَيْءٍ) “Dan segala sesuatu” dari amal-amal perbuatan (أَحْصَيْنَاهُ) “telah Kami hitung” telah Kami catat (كِتَابًا) “dalam suatu kitab” yaitu dalam catatan-catatan di Lauḥ maḥfūzh supaya Kami memberikan balasan kepadanya, antara lain karena kedustaan mereka terhadap al-Qur’ān.

فَذُوْقُوْا فَلَنْ نَّزِيْدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا.

30. (فَذُوْقُوْا) “Karena itu rasakanlah” artinya, lalu dikatakan kepada mereka sewaktu adzab menimpa mereka, “Rasakanlah pembalasan kalian ini.” (فَلَنْ نَّزِيْدَكُمْ إِلَّا عَذَابًا) “Dan Kami sekali-kali tidak akan menambah kepada kalian selain daripada adzab” di samping adzab yang kalian rasakan sekarang.

إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًا.

31. (إِنَّ لِلْمُتَّقِيْنَ مَفَازًا) “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa mendapat kemenangan” maksudnya, mendapat tempat kemenangan di surga.

حَدَائِقَ وَ أَعْنَابًا.

32. (حَدَائِقَ) “Yaitu kebun-kebun” lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Mafāzan, atau sebagai penjelasan daripadanya (وَ أَعْنَابًا) “dan buah anggur” di-‘athaf-kan kepada lafal Mafāzan.

وَ كَوَاعِبَ أَتْرَابًا.

33. (وَ كَوَاعِبَ) “Dan gadis-gadis remaja” yaitu gadis-gadis yang buah dadanya sedang ranum-ranumnya. Lafal Kawā‘ib bentuk jama‘ dari lafal Kā‘ib (أَتْرَابًا) “yang sebaya” umurnya, lafal Atrāban bentuk jama‘ dari lafal Tirbun.

وَ كَأْسًا دِهَاقًا.

34. (وَ كَأْسًا دِهَاقًا) “Dan gelas-gelas yang penuh” berisi khamar; dan di dalam surah Muḥammad disebutkan pada salah satu ayat-Nya, “…sungai-sungai dari khamar (arak).” (Q.S. Muḥammad, 15)

لَّا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا لَغْوًا وَ لَا كِذَّابًا.

35. (لَّا يَسْمَعُوْنَ فِيْهَا) “Di dalamnya mereka tidak mendengar” yakni di dalam surga itu sewaktu mereka sedang meminum khamar dan merasakan kelezatan-kelezatan lainnya (لَغْوًا) “perkataan yang siasia” perkataan yang batil (وَ لَا كِذَّابًا) “dan tidak pula dusta” jika dibaca Kidzāban artinya dusta, jika dibaca Kidzdzāban artinya kedustaan yang dilakukan oleh seseorang kepada yang lainnya, keadaannya berbeda dengan apa yang terjadi di dunia sewaktu khamar diminum.

جَزَاءً مِّنْ رَّبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا.

36. (جَزَاءً مِّنْ رَّبِّكَ) “Sebagai balasan dari Rabbmu” dari Allah swt. memberikan hal tersebut kepada penghuni-penghuni surga sebagai pembalasan dari-Nya (عَطَاءً) “dan pemberian” menjadi Badal daripada lafal Jazā’an (حِسَابًا) “yang cukup banyak” sebagai pembalasan yang banyak; pengertian ini diambil dari perkataan orang-orang ‘Arab: A‘thānī Fa’aḥsabanī, arti-Nya, “Dia memberiku dengan pemberian yang cukup banyak.” Atau dengan kata lain bahwa memberikan pemberian yang banyak kepadaku sehingga aku mengatakan, “Cukuplah!”

رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ وَ مَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمنِ لَا يَمْلِكُوْنَ مِنْهُ خِطَابًا.

37. (رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَ الْأَرْضِ) “Rabb langit dan bumi” dapat dibaca Rabb-is-Samāwāti Wal-Ardhi dan Rabb-us-Samāwāti Wal-Ardhi (وَ مَا بَيْنَهُمَا الرَّحْمنِ) “dan apa yang ada di antara keduanya; Yang Maha Pemurah” demikian pula lafal ar-Raḥmān dapat dibaca ar-Raḥmānu dan ar-Raḥmāni disesuaikan dengan lafal Rabbun tadi. (لَا يَمْلِكُوْنَ) “Mereka tiada memiliki” yakni makhluk semuanya (مِنْهُ) “di hadapan-Nya” di hadapan Allah swt. (خِطَابًا) “sepatah kata pun” yaitu tiada seseorang pun yang dapat berbicara kepada-Nya karena takut kepada-Nya.

يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَ الْمَلآئِكَةُ صَفًّا لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ وَ قَالَ صَوَابًا.

38. (يَوْمَ) “Pada hari itu” lafal Yauma merupakan Zharaf bagi lafal Lā Yamlikūna (يَقُوْمُ الرُّوْحُ) “ketika ruh berdiri” yakni malaikat Jibril atau bala tentara Allah swt. (وَ الْمَلآئِكَةُ صَفًّا) “dan para malaikat dengan bershaf-shaf” lafal Shaffan menjadi Ḥāl artinya dalam keadaan berbaris bershaf-shaf (لَّا يَتَكَلَّمُوْنَ) “mereka tidak berkata-kata” yakni makhluk semuanya (إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ) “kecuali siapa yang telah diberi idzin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah” untuk berbicara (وَ قَالَ) “dan ia mengucapkan” perkataan (صَوَابًا) “yang benar” mereka terdiri dari orang-orang yang beriman dan para Malaikat, seumpamanya mereka memberikan syafa‘at kepada orang-orang yang diridhai oleh-Nya untuk mendapatkan syafa‘at.

ذلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآبًا.

39. (ذلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ) “Itulah hari yang pasti terjadi” hari yang pasti kejadiannya, yaitu hari kiamat. (فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ مَآبًا) “Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Rabbnya” yakni, kembali kepada Allah dengan mengerjakan ketaatan kepada-Nya, supaya ia selamat dari adzab-Nya pada hari kiamat itu.

إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ عَذَابًا قَرِيْبًا يَوْمَ يَنْظُرُ الْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَ يَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرَابًا.

40. (إِنَّا أَنْذَرْنَاكُمْ) “Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kepada kalian” hai orang-orang kafir Makkah (عَذَابًا قَرِيْبًا) “siksa yang dekat” yakni siksa pada hari kiamat yang akan datang nanti; dan setiap sesuatu yang akan datang itu berarti masa terjadinya sudah dekat (يَوْمَ) “pada hari” menjadi Zharaf dari lafal ‘Adzāban berikut sifatnya yakni berikut lafal Qarīban (يَنْظُرُ الْمَرْءُ) “manusia melihat” setiap manusia melihat (مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ) “apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya” yakni perbuatan baik dan perbuatan buruk yang telah dikerjakannya semasa di dunia (وَ يَقُوْلُ الْكَافِرُ يَا لَيْتَنِيْ) “dan orang kafir berkata, “Alangkah baiknya” huruf Yā’ di sini bermakna Tanbīh (كُنْتُ تُرَابًا) “sekiranya aku dahulu adalah tanah”” maka aku tidak akan disiksa. Ia mengatakan demikian sewaktu Allah berfirman kepada binatang-binatang semuanya sesudah Dia melakukan hukum qishash sebagian dari mereka terhadap sebagian yang lain: “Jadilah kamu sekalian tanah!”

 

ASBĀB-UN-NUZŪL

SŪRAT-UN-NABA’

 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ

Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

 

Imām Ibnu Jarīr dan Imām Ibnu Abī Ḥātim, kedua-duanya telah mengetengahkan sebuah hadits melalui al-Ḥasan yang telah menceritakan, bahwa setelah Nabi s.a.w. diangkat menjadi rasul, maka orang-orang Quraisy sebagian di antara mereka saling bertanya kepada sebagian yang lain. Kemudian turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya:

Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya? Tentang berita besar.” (78, An-Naba’, 1-2).

1 Komentar

  1. Samani Budianto berkata:

    Jazzakallahu khairan katsira.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *