Jejak-Jejak Wali Allah | Bab I | Nasab Dan Perjalanan Hidup Imam Al-Syadzili (1/3)

Jejak-Jejak Wali Allah - Melangkah Menuju Gerbang Kewalian Bersama Syekh Abu Hasan Al-Syadzili
Oleh: Muhammad Ibn Abi-Qasim Al-Humairi
Penerjemah : Saiful Rahman Barito (Mumtaz Arabia)
Penerbit : Erlangga

Imam al-Syadzili adalah Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim Hurmuz bin Hatim bin Qushai bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththâl bin Muhammad bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abu Thalib r.a. Beliau dilahirkan di Ghamarah. Kemudian, memasuki kota Tunis ketika masih kecil dan mengunjungi negeri Mesir. Beliau berhaji beberapa kali dan pernah berkunjung ke Irak.

Beliau berkata: “Ketika berkunjung ke Irak, aku berkumpul dengan Syekh Abu al-Fath al-Wasithi. Dan, aku tidak melihat orang sepertinya di jalan-jalan tasawuf. Dialah tempat pencarianku atas kedudukan quthub. Sebagian dari para wali mengatakan kepadaku, ‘Kamu adalah quthub di Irak, sedangkan dia (quthub yang dicari-ed.) di negerimu. Kembalilah ke negerimu, kamu akan menjumpainya.“”

Kemudian, beliau kembali ke negeri Maroko sampai berkumpul dengan guru beliau, yaitu Sayyidinâ Syekh Wali al ‘Arif al-Shiddiq al-Quthb al-Gauts Abu Muhammad Abdussalam bin Basyisy (atau Masyisy-ed.).

Beliau r.a. berkata: “Manakala aku datang kepadanya, waktu itu beliau tinggal di gua di salah satu tebing yang berada di puncak gunung, aku mandi di sumber air yang ada di bawah gunung tersebut. Aku keluar dari ilmu dan amalku dan menghadap kepadanya sebagai seorang yang fakir.

Tiba-tiba beliau turun menemuiku. Dia mengenakan pakaian yang bertambah-tambal dan di atas kepalanya kopiah dari daun kurma. Kemudian, dia berkata kepadaku, ‘Selamat datang, Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar. ‘Lalu, beliau menyebutkan nasabku hingga sampai kepada Rasulullah SAW dengan mengucapkan salam. Kemudian, beliau berkata kepadaku, ‘Ali, kamu menghadap kepada kami sebagai seorang yang fakir dari ilmu dan amalmu, sehingga kamu mengambil dari kami kekayaan dunia dan akhirat.

Kejadian itu membuatku terkejut. Aku tinggal bersamanya beberapa waktu sampai matahatiku terbuka dan aku melihat padanya beberapa hal yang luar biasa (khawariq ‘adat). Di antaranya, pada suatu hari aku sedang duduk di hadapannya. Ketika itu anaknya yang masih kecil berada dalam pangkuannya.

Lalu, terlintas di hatiku untuk bertanya kepadanya tentang Ismullah al-A’zham (nama Allah Yang Teragung).

Tiba-tiba anak itu berdiri menghampiriku, memegang leher bajuku dengan tangannya, dan mengguncangku. Dia berkata, ‘Abu Hasan, kamu ingin bertanya kepada Syekh tentang nama Allah Yang Teragung. Hanya saja perkara sebenarnya, diri kamu itulah nama Allah Yang Teragung, (yakni rahasia Allah dititipkan ke dalam hatinya).

Kemudian, Syekh tersenyum dan berkata, ‘Seseorang memberikan jawaban kepadamu dariku.‘ Dan, dia ketika itu adalah quthub pada masanya. Kemudian, Syekh berkata, ‘Ali, berangkatlah ke Afrika dan tinggallah di sebuah negeri yang dinamakan Syadzilah. Maka, sesungguhnya Allah SWT menamakanmu al-Syadzili. Dan, setelah itu kamu pindahlah ke kota Tunis. Di sana kamu akan mendapatkan rintangan dari pihak pemerintah. Setelah itu kamu pindahlah ke negeri Mesir dan di sanalah kamu mewarisi tingkat quthub.”

Lalu, aku katakan kepadanya, ‘Tuanku, berwasiatlah kepadaku. Dia berkata kepadaku, ‘Ali, Allah adalah Allah. Dan, manusia adalah manusia. Bersihkan lidahmu dari menyebut mereka dan sucikan hatimu dari ‘berhala-berhala’ dari sisi mereka. Kamu harus menjaga dan memelihara seluruh anggota tubuhmu dan wajib melaksanakan kefarduan-kefarduan. Sungguh telah sempurna pemberian Allah di sisimu.

Janganlah kamu mengingatkan mereka kecuali dengan hak Allah yang wajib atasmu. Sungguh telah sempurna ke-wara’anmu.

Dan, ucapkan, ‘Ya Allah, berilah rahmat kepadaku dari perkara mengingat mereka serta penyebab yang memunculkan hal itu. Dan selamatkanlah diriku dari kejahatan mereka dan perkaya diriku dengan kebaikan-Mu mengalahkan kebaikan mereka. Dan, lindungi serta tanganilah diriku dengan kekhususan dan kelebihan di antara mereka, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.‘”

(bersambung)

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *