الْمَوْعِظَةُ الثَّانِيَةُ
Peringatan Kedua
يَقُوْلُ اللهُ تَعَالى:
Allah ta‘ālā berfirman:
شَهِدَتْ نَفْسِيْ أَنْ لاَ إِلهَ إلاَّ أَنَا وَحْدِيْ لاَ شَرِيْكَ لِيْ،
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Aku Sendiri, Tiada sekutu bagi-Ku.
مُحَمَّدٌ عَبْدِيْ وَ رَسُوْلِيْ،
Dan Muḥammad adalah hamba dan Rasūl-Ku.
مَنْ لَمْ يَرْضَ بِقَضَائِيْ،
Barang siapa tidak ridhā dengan qadhā’-Ku,
وَ لَمْ يَصْبِرْ عَلى بَلاَئِيْ،
Tidak bersabar atas segala cobaan-Ku,
وَ لَمْ يَشْكُرْ عَلى نَعْمَائِيْ،
Tidak bersyukur atas segala nikmat-Ku,
وَ لَمْ يَقْنَعْ بِعَطَائِيْ،
Tidak puas (dengan apa adanya) atas segala pemberian-Ku,
فَلْيَعْبُدْ رَبًّا سِوَائِي،
Maka sembahlah tuhan selain-Ku,
وَ مَنْ أَصْبَحَ حَزِيْنًا عَلَى الدُّنْيَا فَكَأَنَّمَا أَصْبَحَ سَاخِطًا عَلَيَّ،
Barang siapa bersedih hati karena (urusan) dunia, sama saja ia marah kepada-Ku.
وَ مَنِ اشْتَكَى عَلى مُصِيْبَةٍ فَقَدْ شَكَانِيْ،
Barang siapa mengadukan musibah (yang menimpa dirinya), sungguh ia telah mengadu tentang-Ku.
وَ مَنْ دَخَلَ عَلى غَنِيٍّ فَتَوَاضَعَ لَهُ مِنْ أَجْلِ غِنَائِهِ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ،
Barang siapa menghadap pada orang kaya dengan tawādhu‘ (merendahkan diri) karena kekayaannya, lenyaplah dua pertiga agamanya.
وَ مَنْ لَطَمَ وَجْهَهُ عَلى مَيِّتٍ فَكَأَنَّمَا أَخَذَ رَحْمًا يُقَاتِلُنِيْ بِهِ،
Barang siapa menampar mukanya atas kematian seseorang, maka ia sama saja dengan mengambil sebuah tombak untuk memerangi-Ku,
وَ مَنْ كَسَرَ عُوْدًا عَلى قَبْرٍ فَكَأَنَّهُ هَدَمَ بَابَ كَعْبَتِيْ بِيَدِهِ،
Barang siapa mematahkan kayu di atas kubur, maka ia sama saja dengan merobohkan pintu Ka’bah-Ku (dengan tangannya).
وَ مَنْ لَمْ يُبَالِ مِنْ أَيِّ بَابٍ يَأْكُلُ مَا يُبَالِيْ مِنْ أَيِّ بَابٍ يُدْخِلُهُ اللهُ تَعَالى جَهَنَّمَ،
Barang siapa tidak peduli bagaimana caranya ia mendapatkan makanan, (berarti) ia tidak peduli dari pintu mana Allah akan memasukannya ke dalam neraka Jahanam.
وَ مَنْ لَمْ يَكُنْ فِي الزِّيَادَةِ فِي دِينِهِ فَهُوَ فِي النُّقْصَانِ،
Barang siapa tidak bertambah tingkat penghayatan keagamaannya, maka ia dalam keadaan berkurang.
وَ مَنْ كَانَ فِي النُّقْصَانِ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ،
Barang siapa dalam keadaan berkurang, maka kematian adalah lebih baik baginya.
وَ مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ تَعَالى عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ،
Barang siapa mengamalkan ilmu yang sudah ia ketahui, maka Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum ia ketahui.
وَ مَنْ أَطَالَ أَمَلَهُ لَمْ يَخْلُصْ عَمَلُهُ،
Dan barang siapa banyak angan-angannya, maka amal perbuatannya akan menjadi tidak ikhlas.
Alhamdulillah trimakasi atas postingannya dapat menambah Hasana pengetahuan
Apa yg dimaksud ” menatahkan kayu diatas kubur” dalam hadits qudsi ini. Terimakasih atas jawaban dan owncerahannya
Ada yang menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mematahkan kayu di atas kuburan di sini adalah merusak tanda makam. Wallāhu a’lam bishshawāb.
bagus dan banyak memberikan nasihat di dalam kitab2 lainnya. makasih
Maaf ustadz, tidak bermaksud menggurui (hanya sekedar memperbaiki)🙏🏼
Sepertinya kata رحما itu lebih tepatnya diganti رمحا