Al-Adab-ul-Mufrad 4 – Bakti Kepada Ibu (2/2)

الْأَدَبُ الْمُفْرَدُ
(Terjemah Al-Adab-ul-Mufrad)
Kumpulan Hadits Tentang Etika-etika Berdasarkan Sunnah
Oleh: Al-Imam Al-Hafizh Abu ‘Abdillah Muhammad bin Isma‘il al-Bukhari

Wafat Tahun 256 H.

Penerjemah: Ustadz Mu‘allim, Abu Khudzaikfah Yahya, Fauzi Itsanen, Abu Idris Tsaqif, Akhmad Yuswaji.
Penerbit: Buana Ilmu Islami.

Rangkaian Pos: Al-Adab-ul-Mufrad Bab 2 - Bakti Kepada Ibu

حَدَّثَنَا سَعِيْدُ بْنُ أَبِيْ مَرْيَمَ، قَالَ: أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرِ بْنِ أَبِيْ كَثِيْرٍ، قَالَ: أَخْبَرَنِيْ زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّهُ أَتَاهُ رَجُلٌ، فَقَالَ: “إِنِّيْ خَطَبْتُ امْرَأَةً، فَأَبَتْ أَنْ تَنْكِحَنِيْ، وَ خَطَبَهَا غَيْرِيْ، فَأَحَبَّتْ أَنْ تَنْكِحَهُ، فَغِرْتُ عَلَيْهَا، فَقَتَلْتُهَا، فَهَلْ لِيْ مِنْ تَوْبَةٍ؟، قَالَ: أُمُّكَ حَيَّةٌ؟ قَالَ: لَا، قَالَ: تُبْ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَ تَقَرَّبْ إِلَيْهِ مَا اسْتَطَعْتَ، فَذَهَبْتُ فَسَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ: لِمَ سَأَلْتَهُ عَنْ حَيَاةِ أُمِّهِ؟ فَقَالَ: إِنِّيْ لَا أَعْلَمُ عَمَلًا أَقْرَبَ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ بِرِّ الْوَالِدَةِ”

4. Sa‘īd bin Abī Maryam menyampaikan kepada kami dengan mengatakan: Muḥammad bin Ja‘far bin Abī Katsīr memberitakan kepada kami dengan mengatakan: Zaid bin Aslam memberitakan kepadaku: dari ‘Athā’ bin Yasār dari Ibnu ‘Abbās, bahwasanya dia didatangi seseorang yang lantas berkata: “Aku pernah meminang seorang perempuan tetapi dia enggan untuk menikah denganku. Kemudian dipinang oleh orang lain dan ternyata dia berkenan untuk menikah dengannya. Akupun cemburu kepada perempuan itu, lantas aku membunuhnya, apakah ada tobat bagiku?” Ibnu ‘Abbās bertanya: “Apakah ibumu masih hidup?” Dia menjawab: “Tidak.” Ibnu ‘Abbās berkata: “Bertobatlah kepada Allah ‘azza wa jalla, dan dekatkan dirimu kepada-Nya semampumu.” [‘Athā’ bin Yasār berkata: ] “Lantas aku pergi menemui Ibnu ‘Abbās dan bertanya kepadanya: “Kenapa engkau bertanya kepada orang itu apakah ibunya masih hidup? Ibnu ‘Abbās menjawab: “Sejauh pengetahuanku, tidak ada satu amal pun yang lebih dekat kepada Allah ‘azza wa jalla dibanding berbakti kepada Ibu”.

Shaḥīḥ. Ash-Shaḥīḥah 2799.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *