2-4 Rahasia di Balik Tanda-tanda Fi’il – Huruf-huruf Magis

Dari Buku:
Huruf-huruf Magis
(Judul Asli: Maniyyah al-Faqir al-Munjarid wa Sairah al-Murid al-Mutafarrid)
Oleh: Syaikh Abdul Qadir bin Ahmad al-Kuhaniy
Penerjemah: Diya' Uddin & Dahril Kamal
Penerbit: Pustaka Pesantren

Rangkaian Pos: 002 Rahasia-rahasia di Balik Kalam - Huruf-huruf Magis

Rahasia di Balik Tanda-tanda Fi‘il.

وَ الْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ وَ السِّيْنِ وَ سَوْفَ وَ تَاءِ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ

Fi‘il bisa dikenali dengan qad, sin, saufa, dan tā’ ta’nīts yang mati.

Fi‘il artinya perbuatan. Perbuatan yang menjadi sarana pencapaian ridha Allah dan wushul pada Kehadiran Suci, dapat dikenali dengan adanya:

1. Qad. Huruf ini melahirkan ketetapan hati dan pemantapan, yaitu keinginan yang kuat untuk melakukan kebaikan, takwa, keteguhan hati, dan pemantapan, dengan melanggengkan perjalanan hingga berhasil mencapai wushūl, atau meregang nyawa. Dengan perbuatan inilah seorang murid dapat mencapai wushūl.

Para ahli hakikat menegaskan syarat-syarat bagi seorang faqīr yang benar. Yaitu penghambaan yang baik, menjaga kehormatan, mengagungkan nikmat, dan selalu teguh memegang cita-cita, dalam perjalanan menuju wushūl.

Ketika sang murid merasa letih dan lemah, dia memperbarui keteguhan hatinya. Demikian seterusnya hingga mencapai tujuan.

Seorang penyair berkata:

Benar-benar dia jaga kesungguhan

Sampai banyak dari mereka merasa bosan

Yang mampu memeluk keagungan,

Dialah yang sanggup menjalankan tugas

Seraya bersabar.

Ketika dia mengkhawatirkan diri karena rasa jenuh dan bosan, desakan hawa nafsu, dia menghibur diri dengan meninggalkan mujāhadah dan mengatakan kepada dirinya, suatu saat nanti dia akan mendapatkan kenyamanan dan kegembiraan dengan mencapai wushūl.

Inilah yang diisyaratkan tanda selanjutnya.

2. Sīn dan saufa (akan).

Keduanya menjadi isyarat adanya mujāhadah, dengan membuang mudhāf berupa tarkun (meninggalkan). Artinya, mujāhadah bisa diketahui dengan meninggalkan sīn dan suafa, yaitu meninggalkan penundaan.

Dengan demikian, huruf itu merupakan isyarat untuk bersegera menggunakan kesempatan sebelum habis waktunya. Ibnu al-Faridh r.a. memberikan isyarat:

Bersungguh-sungguhlah

Seraya membawa pedang kemantapan

Bila iya,

Kamu dapati kepribadian

Ia pun,

Dalam kesungguhanmu

Akan ikut serta.

Hal itu juga ditegaskan mushannif kitab al-Jurumiyyah dalam ungkapannya:

3. Tā’ ta’nīts (sebagai kata ganti untuk perempuan) yang mati (sukūn).

Maknanya ialah meninggalkan pergaulan dengan perempuan, sebab merupakan penghalang terbesar bagi seorang murid.

Rasulullah s.a.w. bersabda: “Aku tidak meninggalkan setelah kematianku, (godaan) yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada para perempuan.”

Banyak kaum sufi yang mengingatkan seorang faqīr agar tidak menikah sebelum wushūl. Kecuali bila sang murid berada dalam bimbingan seorang guru, memiliki hubungan yang erat dengannya dan dia memberi izin untuk menikah. Pernikahan yang demikian tidak membahayakan perjalanan.

Wallāhu ta‘ālā a‘lam.

Komentar

Belum ada komentar. Mengapa Anda tidak memulai diskusi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *